Kamis, 22 November 2018

Askep dan Makalah Malaria



MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MALARIA

Pembimbing
Achmad Sya’id, S.Kp.,M.Kep

Disusun oleh :
Ika Nur Rahmawati (17010096)
Indah Ayuningsih (17010097)






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang kami kerja yang berjudul “Asuhan Keperawatan Malaria” ini dapat disusun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Namun, saya yakin bahwa makalah ini sangatlah banyak kekurangannya, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan kritik dan saran agar dapat mengevaluasi makalah ini sehingga pada pembuatannya kembali dapat sempurna.




DAFTAR ISI
Judul……………………………………………………..……..……………           1
Kata Pengantar…………………………………………………………..……         2
Daftar Isi……………….………………………………………………..……          3
BAB I Pendahuluan
1.1              Latar Belakang Masalah……….………….…………..……….         4
1.2              Rumusan Masalah………………………….………….………         5
1.3              Tujuan………………….…………………………….………..         5
1.4              Manfaat……………………………………………….……….         5
BAB II Pembahasan
2.1       Konsep Dasar …………………………………………..…….          6
2.1.1 Pengertian…………………………………………...…..         6
2.1.2 Anatomi……………………………………….…….…..         7
2.1.3 Etiologi………………………………………..…….…..          8
2.1.4 Patofisiologi……………………………………………..         10
2.1.5 Manisfestasi Klinik……………………………………...         13
2.1.6 Penatalaksaan Keperawatan………………….……….…         15
2.1.7 Komplikasi…………………………………………….…        15
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang…………………….…………...          16
BAB III Asuhan Keperawatan
            3.1 Pengkajian…………..………………….…………….....……..….          18
            3.2 Diagnosa Keperawan…………………………….……………....           19
            3.3 Intervensi Keperawata……………………………..………….….          19
BAB IV Penutup
            4.1 Kesimpulan…………………………………………………..…..           26
4.2 Saran……..…………………………………………….…..……..          26       
Daftar Pustaka……………………………………………….………………..         27




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan (Yatim, 2007). Malaria hampir ditemukan di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan sub tropis dan penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar orang atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika (Prabowo, 2007). Tinjauan situasi di Indonesia tahun 1997 s/d 2001 penyakit malaria ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia dengan jumlah kesakitan sekitar 70 juta orang atau 35 % penduduk Indonesia yang tinggal di daerah resiko malaria (Depkes RI, 2008).
Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian WHO. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah seperti Lampung, Bengkulu, Riau, daerah di Jawa dan Bali, walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai kasus malaria (Harijanto, 2011).
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian. Sampai saat ini malaria ditemukan tertular luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara tiba tiba di suatu daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun (SKRT, 1995)
Malaria dapat menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak yang hancur dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Malaria juga menyebabkan splenomegali yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria klinik. Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri, hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah, yang bisa menyebabkan perdarahan berat akibat pecahnya kelenjar limpa (Depkes, 2007 ). Anemia terjadi terutama karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi, plasmodium falsifarum menginfeksi seluruh stadium sel darah merah hingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis (Depkes, 2010).
Malaria membunuh sekitar 1 juta orang setiap tahun di seluruh dunia. Sementara ini penyakit malaria jarang terjadi didaerah beriklim sedang, malaria masih sering ditemukan di negara-negara tropis dan subtropis. Oleh karena itu, diperlukan penanganan dan pencegahan penyakit malaria. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir penyakit malaria adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani pasien sakit dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya pencegahan penyakit malaria.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana penyakit malaria?
1.2.2        Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat yang harus diberikan pada penderita malaria?
1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui tentang penyakit malaria, seperti definisi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi dan pemeriksaan penunjang
1.3.2        Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat yang harus diberikan pada penderita malaria.
1.4  Manfaat
Untuk mengetahui pencegahan dan asuhan keperawatan penyakit malaria.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Konsep Dasar
2.1.1        Pengertian
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Soedarmo, dkk., 2008).
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (Soedarmo, dkk., 2008).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan (Soedarmo, dkk., 2008).
Penyakit ini menyerang semua kalangan baik laki-laki ataupun perempuan, pada semua umur dari bayi, anak-anak sampai orang dewasa. Hanya Anopheles betina yang menghisap darah dan membawa Sporozoit Plasmodium dalam kelenjar ludahnya yang menyebabkan Malaria.
Jika anda sedang bepergian ke tempat dimana, malaria adalah umum mengambil obat pencegahan sebelum, selama dan setelah perjalanan anda.Banyak parasit malaria yang sekarang kebal terhadap obat yang paling umum digunakan untuk mengobati penyakit.



2.1.2        Anatomi





A.    Limfa
Limfa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung. Secara anatomis, tepi limfa yang normal berbentuk pipih. Fungsi limfa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosis, tempat cadangan darah dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi. Partikel asing yang masuk ke dalam darah (Smeltzer, Suzaanne C. 2002).
Limpa di bungkus oleh kapsula. Yang terdiri dari atas 2 lapisan yaitu: satu lapisan jaringan penyokong yang tebal dan satu lapisan otot halus. Perpanjangan kapsula ke dalam parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena, saraf, dan pembuluh limfe. Parenkim limpa disebut pulpa yang terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap pada potong limpa segar. Pulpa merah terdiri atas sinusoid limpa. Pulpa putih tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan bewarna putih. Pulpa putih terdiri atas pariarteriolar lymphoid sheats (PALS), folikel limfoid dan zona marginal. Folikal limfoid umumnya tersusun atas sel limfosit B, makrofag, dan sel debri (Smeltzer, Suzaanne C. 2002).

B.     Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar pada tubuh yang berbentuk baji yang dibungkus oleh jaringan ikat (Glisson’s Capsule), beratnya 1500 gram (1200-1600 gram dan menerima darah 1500 ml permenit), serta mempunyai fungsi yang sangat banyak. Fungsi hepar terutama dapat dibagi menjadi tiga diantara lain dapat memproduksi dan sekresi empedu, berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, serta berperan dalam filtrasi darah, mengeliminasi bakteri dan benda asing yang masuk peredaran darah dari saluran pencernaan. Hepar merupakan satu-satunya organ yang bisa meregenerasi sendiri, jika salah satu bagian diangkat maka sisanya dapat tumbuh kembali ke besar dan bentuk semula (Smeltzer, Suzaanne C. 2002).

2.1.3        Etiologi
Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Keempat spesies plasmodium yang terdapat di Indonesia yaitu plasmodium falciparum yang meyebabkan malaria tropika, plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana dan plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale (Soedarmo, dkk., 2008).
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopheles betina yang sebelumnya terinfeksi. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca-penularan transplasenta atau sesudah transfusi darah yang terinfeksi. Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya parasit dalam darah) bervariasi sesuai dengan spesies; pada P. falciparum masa inkubasinya 10 – 13; pada P.vivaks dan P. ovale, 12 – 16 hari; dan pada P. malariae 27 – 37 hari, tergantung pada ukuran inokulum. Malaria yang ditularkan melalui tranfusi darah yang terinfeksi nampak nyata pada waktu yang lebih pendek (Nelson, 2000)
Setelah manusia digigit oleh nyamuk anopheles betina tersebut, maka akan timbul tanda dan gejala seperti demam menggigil, kejang-kejang, anemia, nafas sesak, gangguan kesadaran dan hilangnya nafsu makan. Setelah tanda dan gejala muncul jika tidak segera diobati akan menyebabkan akibat lanjut (komplikasi ). Adapun komplikasi dari penyakit malaria adalah anemia berat, malaria selebral (koma), gagal ginjal akut, edema paru, kelainan hati dan hipoglikemia. ( Mansjoer, Arif. 1999)
Dalam daur hidupnya plasmodium mempunyai hospes yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon (stadium ekso-eritrositer atau stadium pra-eritrositer). Sebagian sporozoit tidak tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit (Soedarmo, dkk., 2008).
Plasmodium falciparum hanya terjadi satu kali stadium pra-eritrositer sedangkan spesies lain mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga pada suatu saat dapat aktif dan terjadilah relaps. Sel hati yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah merozoit.
Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit (stadium eritrositer), tampak sebagai kromatin kecil dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai bentuk cincin, disebut tropozoit. Tropozoit membentuk skizon muda dan setelah matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses pembelahan eritrosit akan hancur; merozoit, pigmen dan sel sisa akan keluar dan berada di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh RES. Plasmodium yang dapat meghindar akan masuk kembali ke dalam eritrosit lain untuk mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni yaitu membentuk mikro dan makro gametosit (stadium seksual). Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik (Soedarmo, dkk., 2008).
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual (sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8-12 hari. Dalam lambung nyamuk, makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet, yang selanjutnya menembus dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ektrinsik. Secara umum, pada dasarnya semua orang dapat terkena malaria (Soedarmo, dkk., 2008).

2.1.4        Patofisiologi
Patway Malaria menurut Doengeoes EM, Marlynn. (2001).
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium kapiler (Lukman. 2010).
Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaski leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik (Soedarmo, dkk., 2008).
Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh,  dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal. Mungkin kita bertanya, mengapa suhu tubuh kita meningkat?? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mencoba melihat kembali dan memahami tentang sistem pengaturan suhu tubuh kita. Suhu tubuh kita diatur oleh sebuah “mesin khusus” pengatur suhu yang terletak di otak tepatnya di bagian hipotalamus tepatnya dibagian pre optik anterior (pre = sebelum, anterior= depan) Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari deinsephalon yang merupakan bagian dari otak depan kita (prosencephalon). Hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana terdapat reseptor (penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal dengan nama termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5°C (Smeltzer, Suzaanne C. 2002).
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh “zat toksis (racun)” yang masuk kedalam tubuh.Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh kita. Contoh “racun” yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit. Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2 (Smeltzer, Suzaanne C. 2002).
Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). suhu di luar tubuh sekarang berada dibawa dari suhu dalam tubuh dalam artian disini terjadi peningkatan suhu dalam tubuh, keadaan ini memberikan ketidak seimbangan diluar dan di dalam tubuh dan akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak atau dapat diberikan selimut.. Literature lainyya menjelaskan bahwa kontraksi otot (menggigil) memberikan dampak berupa penurunan suplai darah ke jaringan. Dengan demikian tubuh akan mengeluarkan panas berupa keringat . Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang demam)Dengan memahami mekanisme sederhana dari proses terjadinya demam diatas, maka salah satu tindakan pengobatan yang sering kita lakukan adalah mengompres kepala dan meminum obat penurun panas misal yang sangat familiar adalah parasetamol (Smeltzer, Suzaanne C. 2002).
Menurut Mansjoer, (1999; 409) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
a.       Plasmodium vivax yaitu plasmodium yang menyebabkan malaria benigna/tertiana dan Plasmodium ini banyak tersebar di India dan Amerika Serikat (di negara lain juga ditemukan tetapi tidak banyak). Masa inkubasinya (masa dari penggigitan di tubuh manusia hingga menimbulkan penyakit) adalah sekitar 8-13 hari. Infeksi parasit ini bisa sampai ke bagian limpa. Parasit tipe ini bisa bersembunyi dari dalam hati dan kembali lagi setelah kondisi memungkinkan.
b.      Plasmodium falciparum yaitu plasmodium yang menyebabkan malaria tropica dan Plasmodium yang paling banyak mengancam kehidupan. Hal ini karena parasit ini sering kebal terhadap berbagai macam obat dan antibiotik. Masa inkubasinya adalah selama 5-12 hari.
c.       Plasmodium malariae yaitu plasmodium yang menyebabkan malaria quartana dan Plasmodium yang banyak terdapat di mana-mana. Masa inkubasinya 2-4 minggu. Jika tidak diobati, infeksi bisa bertahan dalam waktu tahunan.
d.      Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah afrika dan pasifik barat,di indonesia dijumpai dinusa tenggara barat dan irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh sepontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale. Masa inkubasinya adalah selama 8-17 hari. Parasit tipe ini juga bisa bersembunyi di dalam hati dan kembali saat kondisi memungkinkan.
2.1.5        Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer dkk. (2001) antara lain sebagai berikut :
a.       Demam
Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu;
·         Menggigil (15 menit- 1 jam )
·         Pucat demam (2-6 jam)
·         Berkeringat (2-4 jam)

b.      Kejang-kejang
Pasien/penderita malaria akan mengalami kejang karena suhu yang tinggi (40-41 C)
c.       Anemia
Pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropelesis sementara penghambatan pengeluaran retikolosis dan pengaruh sitoksin. Menyebabkan suplai darah berkurang.
d.      Nafas sesak
Pada penderita malaria, adanya nyeri dada menyebabkan nafas penderita menjadi sesak.
e.       Gangguan kesadaran
Keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls aferen dan impuls eferen.
f.       Hilangnya nafsu makan
Gejala malaria berdasarkan jenis malaria:
1.      Gejala malaria vivax(M.benigna/tertiana)
·         Demam ringan
·         Keringan dingin dan menggigil
·         Masa inkubasi 12-1 hari
·         Limfa akan terasa pada minggu ke dua
·         Oedema tungkai
·         Terjadinya relaps

2.      Gejala malaria falcifarum (M.tropica)
·         Demam tinggi
·         Anemia
·         Suhu tubuh naik bertahap
·         Inkubasi 9-14 hari
·         Nyeri tungkai
·         Lesu

3.      Gejala malaria malariae (M.quartana)
·         Serangan menyerupai malaria vivax
·         Oedema
·         Selang waktu setiap 72 jam
·         Masa inkubasi 18-40 hari

4.      Gejala malaria ovale
·         Masa inkubasi 11-16 hari
·         Pucat




2.1.6        Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan malaria secara umum klien menderita malaria menurut Doengeoes EM, Marlynn. (2001), antara lain sebagia berikut:
a.       Pertahankan fungsi vital (sirkulasi, kebutuhan cairan dan infuse)
b.      Hindari trauma (bagaimana tindakan yang dilakukan supaya klien tidak mengalami trauma)
c.       Hati-hati komplikasi (perhatikan keadaan klien agar tidak terjadi akibat lanjut)
d.      Posisi tidur sesuai dengan kebutuhan (mengatur posisi klien agar lebih nyaman)
e.       Monitoring (temperatur, nadi, TD, dan respirasi)
f.       Perhatikan diet (diet yang digunakan pada pasien)

        Selain itu juga dilaksanakan pencegahan malaria menurut Sudoyo. W. Aru, dkk.(1999) dengan cara:
a.       Mengguanakan kelambu
b.      Menggunkan pembasmi nyamuk
c.       Tempat tinggal jauhkan dari kandang ternak
d.      Membersihkan srang nyamuk dan tempat hinggap nyamuk
e.       Memasang kawat kassa pada jendela dan ventilasi
f.       Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprot (bubuk obat)
g.      Hindari rumah yang gelap, kotor lembab dari genangan air.

2.1.7        Komplikasi
Adapun menurut Mansjoer, (1999; 409) komplikasi dari penyakit malaria adalah:
a.       Malaria serebral (koma)
Suatu akut ensepalopati yang menurut WHO defenisi malaria serebral memenuhi 3 kriteria yaitu: koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >30 menit setelah kejang disertai adanya plasmodium falciparum yang dapat ditunjukkan dan penyebab lain akut ensefalopati telah disingkirkan.
b.      Anemia berat (hb <10.000)
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah dalam merah dalam darah akibat dari berkurangnya jumlah darah, badan terasa lemah dan cepat lelah.
c.       Gagal ginjal akut
Gagal jantung adalah keadaan jantung yang memberikan sindrom klinik akibat ketudakmampuan jantung memompakan darah secara adekuat untuk memenhi kebutuhan metabolisme badan meskipun aliran balik masih baik.
d.   Edema paru
Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dari rongga badan) edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
e.    Kelainan Hati
Kelainan hati disebabkan karena tergangguanya fungsi hati  dalam menetralisir zat toksik.
f.    Hipogmikemia
Keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau kadar glukosa darah < 80 mg / dl.

2.1.8        Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Sudoyo. W. Aru, dkk.(1999) sebagai berikut:
a.       Pemeriksaan tes darah
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya pemeriksan darah tepi. pemeriksaan satu kali dengan hasil (-) tidak mengenyampingkan diagnosa malaria pemeriksaan darah tepi 3x dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan
Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan:
·         Tetesan preparat darah tebal
·         Tetesan preparat darah tipis

a.         Tes antigen (p-f test)
Mendeteksi antigen apakah plasmodium falciparum atau plasmodium vivax.

b.        Tes serologi
Teknik indirect fluorescent antibody test adanya antibody spesifik.

c.         Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tes DNA untuk meneliti jumlah parasit yang terdapat dalam tubuh


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  Pengkajian
Pengkajian pasien malaria menurut Doengeoes EM, Marlynn, (2001), didasarkan pada dasar menisfestasi klinik sebagi berikut:

Dasar data pengkajian :
a.    Aktivitas/ istirahat
Gejala         : Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Tanda          : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
b.    Sirkulasi
Tanda         : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam). Kulit hangat, dieresis (diaphoresis) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vasokontriksi), hipovolemia penurunan aliran darah.
c.    Eliminasi
Gejela         : Diare atau konstipasi; penurunan pengeluaran urine
Tanda          : Distensi abdomen.

d.   Makanan dan cairan
Gejala         : Anoreksia mual dan muntah
Tanda          : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan penurunan masa otot. Penurunan pengeluaran urine, kosentrasi urine.

e.    Neuro sensori
Gejala         : Sakit kepala, sesak dan pingsan.
Tanda         : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

f.       Pernapasan.
Tanda          : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.
Gejala         : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

g.      Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala           : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/prosedur invasif, luka traumatik.

3.2  Diagnosa Keperawatan
Menurt buku Herdman, T. Heather, (2015) dalam buku Diagnosis Keperawatan  edisi 10, diagnose keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini :
a.    Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ; berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah
b.    Resiko infeksi ; berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive.
c.    Hipertermia ; berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
d.   Intoleran aktivitas ; berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan nutrisi dari kebutuhan.
e.    Nyeri akut, berhubungan neuro sensori ditandai dengan sakit kepala dan sesak nafas.
f.     Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan keseimbangan cairan.
g.    Kurang pengetahuan ;  mengenai  penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3.3  Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan NIC dan NOC yang berkaitan dengan  masing-masing diagnosa diatas adalah :
a.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat; anorexia; mual/muntah .
Tujuan                     : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil           : Intake nutrisi klien meningkat
NIC : Manajemen Nutrisi
NOC : Status Nutrisi

Tindakan/ Intervensi :
·      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien
     Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
·      Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia
·      Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
·      Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
·      Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
·      Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
     Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
b.    Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.
     Tujuan : Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda infeksi.
NIC : Kontrol Infeksi
NOC : Kontrol risiko, proses infeksi.

Tindakan/ Intervensi :
·      Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.
·      Amati adanya menggigil dan diaforosis.
     Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
·      Memantau tanda – tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi
     Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
·      Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
     Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum.
·      Dapatkan spisemen darah.
     Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.
c.    Hipertermia berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
NIC : Perawatan Hipertermia
NOC : Kontrol risiko hipertermia
Tindakan/ intervensi :
·      Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
·      Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
·      Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
·      Kolabirasi : Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
·      Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.

d.   Intoleran aktivitas berhubungan dengan  ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan nutrisi dari kebutuhan.
Tujuan : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
NIC : Manajemen Energi
NOC: Toleransi terhadap aktivitas
Tindakan/intervensi :
·      Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
·      Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap aktivitas (mis: peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya).
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk  membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
·      Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
·      Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
Rasional : Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
·      Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stress dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
e.       Nyeri akut, mengakibatkan sesak dan sakit kepala berhubungan dengan neoro sensori.
Tujuan : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Criteria hasil : nyeri berkurang atau hilang
NIC : Manajemen Nyeri
NOC : Status neurologi
Tindakan/ intervensi:
·         Memberikan pengetahuan tentang nyeri, penyebab nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar mengenai manajemen nyeri.
·         Istirahat/tidur yang adekuat. Rasional : dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
·         Kolaborasi: Pemberian analgesik. Rasional: Memberikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resep analgesik sehingga nyeri teratasi.
·         Mempertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri. Rasional: Memahami budaya klien tentang respon nyeri.
·         Mengajarkan teknik penurun nyeri non farmakologi. Rasional: mengajarkan relaksasi, teknik aplikasi panas/dingin dan pijatan untuk mengurangi tingkat nyeri.
f.     Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan keseimbangan cairan.
Tujuan : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi yag dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal.
Kriteria hasil: kebutuhan cairan tubuh terpenuhi.
NIC : Manajemen Cairan
NOC : Keseimbangan cairan
Tindaka/intervensi:
·         Kaji tanda-tanda vital klien. Rasional: Mengukur tanda-tanda vital untuk memonitor keadaan klien.
·         Berikan cairan IV. Rasional: pemberian cairan IV dengan kolaborasi untuk pemenuhan kebutuhan cairan.
·         Dukung klien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik. Rasional : menlakukan komunikasi terapeutik.
·         Menawari minuman yang disukai pasien. Rasional: pemberian cairan oral untuk mempercepat pengembalian cairan tubuh yang hilang.
·         Memonotor reaksi klien terhadap terap elektrolit yang deresepkan. Rasional: memonitor adanya edema atau infeksi pada pemberian cairan IV.
·         Berika produk-produk darah. Rasional : memenuhi kekurangan darah akibat trombosit berkurang.
g.    Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan         : Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat.
Kriteria hasil : Klien mengerti tentang proses penyakit malaria.
NIC : Pendidikan kesehatan
NOC : Pengetahuan, rejimen penanganan
Tindakan/ intervensi:
·      Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
·      Berikan informasi mengenai terapi obat – obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
·      Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
·      Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.
·      Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
·      Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
·      Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.




BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles) betina. Selain berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria.
Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Ada 4 jenis malaria: Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum), Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae), Malaria Ovale (Plasmodium Ovale), Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax).
4.2          Saran
Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk maka mengurangi penyebaran dan berkembangbiaknya nyamuk, maka dihimbau kepada masyarakat agar hidup bersih dan sehat seperti, menjaga kebersihan lingkungan, rumah, bila terkena malaria cepat berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.





DAFTAR KEPUSTAKAAN
A. Aziz alimul Hidayat. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta ; EGC
Doengeoes EM, Marlynn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta ; EGC
Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id
Depkes RI,1997.Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Jakarta
Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC) (5th ed.). United states of America : Mosby Elsevier
Harijanto, P.N.,dkk, 2009. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi II. EGC, Jakarta.
Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. http://www.library.usu.ac.id
Lukman. 2010. Kemenkes: 424 Kabupaten di Indonesia dengan Malaria. www.infeksi.com diakses tanggal 21 Januari 2011
Mansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; FKUI
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed. ). United states of America: Mosby Elsevier.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1. Jakarta : EGC, 2000.
Nettina. M. Sandra. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta ; EGC
Sudoyo. W. Aru, dkk.1999. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta ; FKUI
Soedarmo, dkk. 2009. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Mayo Clinic, Disease And Condition Malaria
Smeltzer, Suzaanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar